kapanlagi

detik

pc plus

Minggu, 27 Desember 2009

Ketika Tuhan Diprotes Dia Tetap Menyayangi Hambanya

Ada yang yang mengusik jiwa, ketika ketiadaan, musibah, kegagalan atau cita-cita tak tercapai yang datang mendera pada seseorang. Seakan dunia mau runtuh dan hidup jadi begitu sempit, pikiran pusing, makan tak enak dan jiwa ragapun menjadi sakit. Lalu menutup diri dari manusia, malu, katanya.

Dari kata gagal ini muncul mata rantai kegegalan yang lain dan kadang Tuhan-pun menjadi "tertuduh", Tuhan tak adil, Tuhan tak mengabulkan doa , buat apa sholat, toh sholat tak merubah nasib dan seterusnya. Tuhan kadang "diprotes" pada tengah malam, "Mengapa Kau biarkan ini terjadi ? Mengapa Kejadian ini terjadi ? Mengapa dan banyak pertanyaan mengapa lainnya, seakan Tuhan salah dalam mengatur hidup dan kehidupan ini.

Ya sering kali Tuhan menjadi "tertuduh " atas kegagalan manusia mencapai sesuatu yang di inginkan dan Tuhan seringkali diprotes oleh orang-orang mendapat musibah atau bencana, sekali lagi seakan-akan Tuhan salah dalam mengatur hidup ini. Tuhan tak pernah salah sedikitpun, kalau Tuhan salah, bukan Tuhan namanya ! Mustahil Tuhan salah, itu bertentangan dengan logika manapun. Kalau Tuhan salah, kehidupan tak pernah ada sejak diciptakan ! Loh gimana ada kehidupan kalau Tuhan salah sejak awal ?

Nyatanya, menurut geologi dan astronomi usia kehidupan di bumi ratusan juta tahun lalu dan alam jagat raya milyaran sampai tak terhingga usianya. Tak ada yang bergeser dalam sistem tata surya seincipun, planet-planet sejak diciptakan tetap pada orbitnya masing-masing. Wah kalau mau dipanjangkan kisahnya bisa beratus halaman.

Kembali kepada kegagalan atau musibah, seringkali terjadi, dibalik yang awalnya dikatakan musibah ternyata membawa berkah dan hikmah yang banyak. Banyak orang yang gagal pada satu bidang, ternyata sukses di bidang lain. Ada yang gagal di terima di suatu pekerjaan, ternyata malah sukses gemilang ditempat pekerjaan yang tak di duganya, terhadap pasangan yang gagalpun, seringkali mendapat pengganti yang lebih baik dari yang semula ditangisi, bahkan nyaris putus asa. Itulah rahasia Tuhan, Tuhan yang diprotes, tetap saja menyayangi hamba-hambaNya, apa lagi hamba yang beriman dan bertaqwa kepadaNya

Lagi pula kalau Tuhan diprotes... Tuhan menantang.. silahkan cari Tuhan yang lain. Atau lebih serem lagi... ke luar dari bumiKu ! Ayo, mau kemana kalau kita di usir dari bumi Tuhan ? Di usir manusia, masih bisa pindah ke tempat lain, loh kalau Tuhan yang mengusir, mau pindah ke mana ? Pindah ke Planet lain, Planetpun milikNya, lagi pula sampai detik ini belum ditemukan planet si seluruh jagat raya yang bisa ditinggali manusia seperti di Bumi !

Oke, Tuhan tetap si protes, karena di tuduh tidak adil atau tak memberi rejeki atau karunia. Baik, kalau memang merasa Tuhan tidak adil dan tidak memberikan rejeki bahkan protes sampai tidak menjalani ajaranNya, silahkan kembalikan satu saja nikmat Tuhan yang diberikan padamu, misalnya mata. Ayo... siapa yang mau matanya, maaf, buta satu aja, ga usah dua-duanya, satu saja... pasti semua yakin tak ada yang mau ! Itu baru mata, belum mulut, telinga, hidung, lidah, kulit, jantung, paru-paru, ginjal usus, gigi, bibir, rambut, kaki, tangan, jari-jari dst. Pernahkah mencoba menghitung nikmatNya? Kalau belum, mari mencoba, ambil kertas dan tulis nikmatNya yang ada pada anggota tubuh kita saja dulu, jangan ke luar, cukup pada diri kita dulu. Coba hitung... berapa banyak nikmatNya yang telah diberikan pada anggota tubuh kita ? Masihkan Tuhan di protes ?

Baik, kalau Tuhan masih juga di protes, mari kita lihat cahaya dan suara, dua aja dulu, Pernahkah kita hidup tanpa cahaya dan suara ? Pernahkah kita Tuhan meningglkan kita, tanpa cahaya dan suara ? Bayangkan, bila Tuhan mencabut cahaya dan suara dari kehidupan manusia ? Dunia akan gelap gulita dan sepiiiiiiiiiii !

Masih kurang puas juga ? Oke, mari masuk ke dalam Metro ( Sub Way ) Kereta bawah tanah.... nah setelah masuk... penumpang sudah di dalam kereta ... tiba-tiba .... listrik mati dan tak ada suara... bayangkan ... jangankan sehari... sejam dua jam manusia akan panik luar biasa, anak anak akan menangis,tak ada suara... perempuan menjerit-jerit ketakutan ...mereka menjerit sekeras kerasnya, tapi tak ada suara, tiba- tiba stress masal akan terjadi, manusia tiba-tiba kan menjadi kacau balau... semua saling menyelamatkan diri, bertabrakan satu sama lain, saling injak dan maut bertebaran di mana-mana, karena mereka tak melihat, padahal semua punya mata dan telinga, kenapa ? Karena hanya tak ada cahaya dan suara !

Masihkah tetap mengatakan Tuhan tak adil atau merasa tak punya apa-apa ? Kalau iya ? istigfarlah... masih banyak waktu untuk bertobat, selama ajal belum menjelang.

[eramuslim]
»»  read more

Bahaya Riba

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالُوا حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

Dari Jabir ra berkata, bahwa Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang memberikannya, penulisnya dan dua saksinya, dan beliau berkata, mereka semua adalah sama. (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits

Hadits ini merupakan hadits yang disepakati kesahihannya oleh para ulama hadits. Diriwayatkan oleh banyak Imam hadits, diantaranya :

* Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Musaqat, Bab La’ni Aakilir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no 2995.
* Imam Ahmad bin Hambal ra, dalam Musnadnya, dalam Baqi Musnad Al-Muktsirin, hadits no 13744.

Selain itu, hadits ini juga memiliki syahid (hadits yang sama yang diriwayatkan melalui jalur sahabat yang berbeda), diantaranya dari jalur sahabat Abdullah bin Mas’ud dan juga dari Ali bin Abi Thalib, yang diriwayatkan oleh :

* Imam Turmudzi dalam Jami’nya, Kitab Buyu’ An Rasulillah, Bab Ma Ja’a Fi Aklir Riba, hadits no 1127.
* Imam Nasa’I dalam Sunannya, Kitab At-Thalaq, Bab Ihlal Al-Muthallaqah Tsalasan Wan Nikahilladzi Yuhilluha Bihi, Hadits no. 3363.
* Imam Abu Daud dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Aklir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no. 2895.
* Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya di banyak tempat, diantaranya pada hadits-hadits no 3539, 3550, 3618, 4058, 4059, 4099, 4171 dsb.
* mam Ad-Darimi dalam Sunannya, Kitab Al-Buyu’, Bab Fi Aklir Riba Wa Mu’kilihi, hadits no 2423.
* Makna Hadits Secara Umum

Hadits yang sangat singkat di atas, menggambarkan mengenai bahaya dan buruknya riba bagi kehidupan kaum muslimin. Begitu buruk dan bahayanya riba, sehingga digambarkan bahwa Rasululla SAW melaknat seluruh pelaku riba. Pemakannya, pemberinya, pencatatnya maupun saksi-saksinya. Dan keesemua golongan yang terkait dengan riba tersebut dikatakan oleh Rasulullah SAW; “Mereka semua adalah sama.”

Pelaknatan Rasulullah SAW terhadap para pelaku riba menggabarkan betapa munkarnya amaliyah ribawiyah, mengingat Rasulullah SAW tidak pernah melaknat suatu keburukan, melainkan keburukan tersebut membawa kemadharatan yang luar biasa, baik dalam skala indiividu bagi para pelakunya, maupun dalam skala mujtama’ (baca ; maysarakat) secara luas.

Oleh karenanya, setiap muslim wajib menghindarkan dirinya dari praktek riba dalam segenap aspek kehidupannya. Dan bukankah salah satu sifat (baca ; muwashofat) yang harus dimiliki oleh setiap aktivis da’wah adalah “memerangi riba”? Namun realitasnya, justru tidak sedikit yang justru menyandarkan kasabnya dari amaliyah ribawiyah ini.

Makna Riba

Dari segi bahasa, riba berarti tambahan atau kelebihan. Sedangkan dari segi istilah para ulama beragam dalam mendefinisikan riba.

* efinsi yang sederhana dari riba adalah ; pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal, secara bathil. (baca ; bertentangan dengan nilai-nilai syariah).
* Definisi lainnya dari riba adalah ; segala tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut.

Intinya adalah, bahwa riba merupakan segala bentuk tambahan atau kelebihan yang diperoleh atau didapatkan melalui transaksi yang tidak dibenarkan secara syariah. Bisa melalui “bunga” dalam hutang piutang, tukar menukar barang sejenis dengan kuantitas yang tidak sama, dan sebagainya. Dan riba dapat tejadi dalam semua jenis transaksi maliyah.

Pada masa jahiliyah, riba terjadi dalam pinjam meminjam uang. Karena masyarakat Mekah merupakan masyarakat pedangang, yang dalam musim-musim tertentu mereka memerlukan modal untuk dagangan mereka. Para ulama mengatakan, bahwa jarang sekali terjadi pinjam meminjam uang pada masa tersebut yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.

Pinjam meminjam uang terjadi untuk produktifitas perdatangan mereka. Namun uniknya, transaksi pinjam meminjam tersebut baru dikenakan bunga, bila seseorang tidak bisa melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan bila ia dapat melunasinya pada waktu yang telah ditentukan, maka ia sama sekali tidak dikenakan bunga. Dan terhadap transaksi yang seperti ini, Rasulullah SAW menyebutnya dengan riba jahiliyah.

Riba Merupakan Dosa Besar

Semua ulama sepakat, bahwa riba merupakan dosa besar yang wajib dihindari dari muamalah setiap muslim. Bahkan Sheikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya Bunga Bank Haram mengatakan, bahwa tidak pernah Allah SWT mengharamkan sesuatu sedahsyat Allah SWT mengharamkan riba. Seorang muslim yang hanif akan merasakan jantungnya seolah akan copot manakala membaca taujih rabbani mengenai pengharaman riba (dalam QS. 2 : 275 – 281). Hal ini karena begitu buruknya amaliyah riba dan dampaknya bagi kehidupan masyarakat.

Dan cukuplah menggambarkan bahaya dan buruknya riba, firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 275 :

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لاَ يَقُومُونَ إِلاَّ كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Hal itu karena mereka mengatakan, bahwasanya jual beli itu adalah seperti riba. Dan Allah menghalalkan jual beli serta mengharamkan riba. Maka barangsiapa yang telah datang padanya peringatan dari Allah SWT kemudian ia berhenti dari memakan riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya terserah keapda Allah. Namun barang siapa yang kembali memakan riba, maka bagi mereka adalah azab neraka dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

Dalam hadits, Rasulullah SAW juga mengemukakan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ (متفق عليه)

Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW berkata, ‘Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan !’ Para sahabat bertanya, ‘Apa saja tujuh perkara tersebut wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT kecuali dengan jalan yang benar, memakan riba, mamakan harta anak yatim, lari dari medan peperangan dan menuduh berzina pada wanita-wanita mu’min yang sopan yang lalai dari perbuatan jahat. (Muttafaqun Alaih).

Periodisasi Pengharaman Riba

Sebagaimana khamar, riba tidak Allah haramkan sekaligus, melainkan melalui tahapisasi yang hampir sama dengan tahapisasi pengharaman khamar:

1. Tahap pertama dengan mematahkan paradigma manusia bahwa riba akan melipatgandakan harta.
Pada tahap pertama ini, Allah SWT hanya memberitahukan pada mereka, bahwa cara yang mereka gunakan untuk mengembangkan uang melalui riba sesungguhnya sama sekali tidak akan berlipat di mata Allah SWT. Bahkan dengan cara seperti itu, secara makro berakibat pada tidak tawazunnya sistem perekonomian yang berakibat pada penurunan nilai mata uang melalui inflasi. Dan hal ini justru akan merugikan mereka sendiri.

Pematahan paradigma mereka ini Allah gambarkan dalam QS. 30 : 39 ; “Dan sesuatu tambahan (riba) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, mak riba itu tidak menambah pada sii Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.

2. Tapap kedua : Memberitahukan bahwa riba diharamkan bagi umat terdahulu.
Setelah mematahkan paradigma tentang melipat gandakan uang sebagaimana di atas, Allah SWT lalu menginformasikan bahwa karena buruknya sistem ribawi ini, maka umat-umat terdahulu juga telah dilarang bagi mereka. Bahkan karena mereka tetap bersikeras memakan riba, maka Allah kategorikan mereka sebagai orang-orang kafir dan Allah janjikan kepada mereka azab yang pedih.

Hal ini sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam QS 4 : 160 – 161 : “Maka disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dialarang dari padanya, dan karena mereka harta dengan cara yang bathil. Kami telah menyediaka nuntuk orang-orang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih”.

3. Tahap ketiga : Gambaran bahwa riba secara sifatnya akan menjadi berlipat ganda.
Lalu pada tahapan yang ketiga, Allah SWT menerangkan bahwa riba secara sifat dan karakernya akan menjadi berlipat dan akan semakin besar, yang tentunya akan menyusahkan orang yang terlibat di dalamnya. Namun yang perlu digarisbawahi bahwa ayat ini sama sekali tidak menggambarkan bahwa riba yang dilarang adalah yang berlipat ganda, sedangkan yang tidak berlipat ganda tidak dilarang.

Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan sama sekali tidak dimaksudkan dalam ayat ini. Allah SWT berifirman (QS. 3:130), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

4. Tahap keempat : Pengharaman segala macam dan bentuk riba.
Ini merupakan tahapan terakhir dari seluruh rangkaian periodisasi pengharaman riba. Dalam tahap ini, seluruh rangkaian aktivitas dan muamalah yang berkaitan dengan riba, baik langsung maupun tidak langsung, berlipat ganda maupun tidak berlipat ganda, besar maupun kecil, semuanya adalah terlarang dan termasuk dosa besar.

Allah SWT berfirman dalam QS. 2 : 278 – 279 ; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan seluruh sisa dari riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Alla hdan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”

Buruknya Muamalah Ribawiyah

Terlalu banyak sesungguhnya dalil baik dari Al-Qur’an maupun sunnah, yang menggambarkan tentang buruknya riba, berikut adalah ringkasan dari beberapa dalil mengenai riba :

1. Orang yang memakan riba, diibaratkan seperti orang yang tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan, lantaran (penyakit gila). (QS. 2 : 275).
2. Pemakan riba, akan kekal berada di dalam neraka. (QS. 2 : 275).
3. Orang yang “kekeh” dalam bermuamalah dengan riba, akan diperangi oleh Allah dan rasul-Nya. (QS. 2 : 278 – 279).
4. Seluruh pemain riba; kreditur, debitur, pencatat, saksi, notaris dan semua yang terlibat, akan mendapatkan laknat dari Allah dan rasul-Nya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya.” Kemudian beliau berkata, “ Mereka semua sama!”. (HR. Muslim)
5. Suatu kaum yang dengan jelas “menampakkan” (baca ; menggunakan) sistem ribawi, akan mendapatkan azab dari Allah SWT. Dalam sebuah hadtis diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah suatu kaum menampakkan (melakukan dan menggunakan dengan terang-terangan) riba dan zina, melainkan mereka menghalalkan bagi diri mereka sendiri azab dari Allah.” (HR. Ibnu Majah)
6. Dosa memakan riba (dan ia tahu bahwa riba itu dosa) adalah lebih berat daripada tiga puluh enam kali perzinaan. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Handzalah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang dan ia mengetahuinya, maka hal itu lebih berat dari pada tiga puluh enam kali perzinaan.” (HR. Ahmad, Daruqutni dan Thabrani).
7. Bahwa tingkatan riba yang paling kecil adalah seperti seoarng lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri. Dalam sebuah hadits diriwayatkan : “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Riba itu tujuh puluh tiga pintu, dan pintu yang paling ringan dari riba adalah seperti seorang lelaki yang berzina dengan ibu kandungnya sendiri.” (HR. Hakim, Ibnu Majah dan Baihaqi).

Dengan dalil-dalil sebagaimana di atas, masihkah ada seorang muslim yang “kekeh” bermuamalah ribawiyah dalam kehidupannya?

Praktik Riba Dalam Kehidupan

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa riba adalah segala tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya padanan yang dibenarkan syariah. Praktek seperti ini dapat terjadi dihampir seluruh muamalah maliyah kontemporer, diantaranya adalah pada :

1. Transaksi Perbankan.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa basis yang digunakan dalam praktek perbankan (konvensional) adalah menggunakan basis bunga (interest based). Dimana salah satu pihak (nasabah), bertindak sebagai peminjam dan pihak yang lainnya (bank) bertindak sebagai pemberi pinjaman. Atas dasar pinjaman tersebut, nasabah dikenakan bunga sebagai kompensasi dari pertangguhan waktu pembayaran hutang tersebut, dengan tidak memperdulikan, apakah usaha nasabah mengalami keuntungan ataupun tidak.

Praktek seperti ini sebenarnya sangat mirip dengan praktek riba jahiliyah pada masa jahiliyah. Hanya bedanya, pada riba jahiliyah bunga baru akan dikenakan ketika si peminjam tidak bisa melunasi hutang pada waktu yang telah ditentukan, sebagai kompensasi penambahan waktu pembayaran. Sedangkan pada praktek perbankan, bunga telah ditetapkan sejak pertama kali kesepakatan dibuat, atau sejak si peminjam menerima dana yang dipinjamnya. Oleh karena itulah tidak heran, jika banyak ulama yang mengatakan bahwa praktek riba yang terjadi pada sektor perbankan saat ini, lebih jahiliyah dibandingkan dengan riba jahiliyah.

Selain terjadi pada aspek pembiyaan sebagaimana di atas, riba juga terjadi pada aspek tabungan. Dimana nasabah mendapatkan bunga yang pasti dari bank, sebagai kompensasi uang yang disimpannya dalam bank, baik bank mengalami keuntungan maupun kerugian. Berbeda dengan sistem syariah, di mana bank syariah tidak menjanjikan return tetap, melainkan hanya nisbah (yaitu prosentasi yang akan dibagikan dari keuntungan yang didapatkan oleh bank). Sehingga return yang didapatkan nasabah bisa naik turun, sesuai dengan naik turunnya keutungan bank. Istilah seperti inilah yang kemudian berkembang namanya menjadi sistem bagi hasil.

2. Transaksi Asuransi.

Dalam sektor asuransi pun juga tidak luput dari bahaya riba. Karena dalam asuransi (konvensional) terjadi tukar menukar uang dengan jumlah yang tidak sama dan dalam waktu yang juga tidak sama. Sebagai contoh, seseorang yang mengasuransikan kendaraannya dengan premi satu juta rupiah pertahun. Pada tahun ketiga, ia kehilangan mobilnya seharga 100 juta rupiah. Dan oleh karenanya pihak asuransi memberikan ganti rugi sebesar harga mobilnya yang telah hilang, yaitu 100 juta rupiah. Padahal jika diakumulasikan, ia baru membayar premi sebesar 3 juta rupiah. Jadi dari mana 97 juta rupiah yang telah diterimanya? Jumlah 97 juta rupiah yang ia terima masuk dalam kategori riba fadhl (yaitu tukar menukar barang sejenis dengan kuantitas yang tidak sama).

Pada saat bersamaan, praktek asuransi juga masuk pada kategori riba nasi’ah (kelebihan yang dikenakan atas pertangguhan waktu), karena uang klaim yang didapatkan tidak yadan biyadin dengan premi yang dibayarkan. Antara keduanya ada tenggang waktu, dan oleh karenanya terjadilah riba nasi’ah. Hampir semua ulama sepekat, mengenai haramnya asuransi (konvensional) ini. Diantara yang mengaramkannya adalah Sayid Sabiq dan juga Sheikh Yusuf Al-Qardhawi. Oleh karenanya, dibuatlah solusi berasuransi yang selaras dengan syariah Islam. Karena sistem asuransi merupakan dharurah ijtima’iyah (kebutuhan sosial), yang sangat urgen.

3. Transaksi Jual Beli Secara Kredit.

Jual beli kredit yang tidak diperbolehkan adalah yang mengacu pada “bunga” yang disertakan dalam jual beli tersebut. Apalagi jika bunga tersebut berfruktuatif, naik dan turun sesuai dengan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Sehingga harga jual dan harga belinya menjadi tidak jelas (gharar fitsaman). Sementara sebenarnya dalam syariah Islam, dalam jual beli harus ada “kepastian” harga, antara penjual dan pembeli, serta tidak boleh adanya perubahan yang tidak pasti, baik pada harga maupun pada barang yang diperjual belikan. Selain itu, jika terjadi “kemacetan” pembayaran di tengah jalan, barang tersebut akan diambil kembali oleh penjual atau oleh daeler dalam jual beli kendaraan. Pembayaran yang telah dilakukan dianggap sebagai “sewa” terhadap barang tersebut.

Belum lagi komposisi pembayaran cicilah yang dibayarkan, sering kali di sana tidak jelas, berapa harga pokoknya dan berapa juga bunganya. Seringkali pembayaran cicilan pada tahun-tahun awal, bunga lebih besar dibandingkan dengan pokok hutang yang harus dibayarkan. Akhirnya pembeli kerap merasa dirugikan di tengah jalan. Hal ini tentunya berbeda dengan sistem jual beli kredit secara syariah. Dimana komposisi cicilan adalah flat antara pokok dan marginnya, harga tidak mengalami perubahan sebagaimana perubahan bunga, dan kepemilikan barang yang jelas, jika terjadi kemacetan. Dan sistem seperti ini, akan menguntungkan baik untuk penjual maupun pembeli.

Masih banyak sesungguhnya transaksi-transaksi yang mengandung unsur ribawi di tengah-tengah kehidupan kita. Intinya adalah kita harus waspada dan menghindarkan diri sejauh-jauhnya dari muamalah seperti ini. Cukuplah nasehat rabbani dari Allah SWT kepada kita “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. Annisa’ : 29)

Wallahu A’lam Bis Shawab.

By. Rikza Maulan, Lc., M.Ag.

[www.eramuslim.com]
»»  read more

Mesir Menjadi Negara Yang Paling Represif Terhadap Blogger

Sebuah laporan oleh Jaringan Informasi HAM Arab menyatakan bahwa pemerintah di negara-negara Arab lebih banyak membatasi pengguna internet, dan melakukan tindakan represif terhadap aktivis blogger, mulai dari penahanan hingga tindakan penyiksaan, dan tercatat bahwa Arab Saudi dan Tunisia di garis terdepan dalam persoalan sensor internet, sementara Mesir memimpin dalam soal penindasan terhadap blogger.

Jaringan informasi HAM Arab menggelar konferensi pers di Mesir pada Kamis lalu (24/12) bersama dengan sindikat Wartawan di Kairo, secara resmi mengumumkan laporan yang berjudul: "jaringan sosial dan satu pemberontak dengan sebuah misi," melaporkan sikap pemerintah di 20 negara Arab yang membatasi kebebasan untuk menggunakan internet, meningkat dua negara dari laporan yang pertama, yaitu, Somalia dan Mauritania, menurut Direktur Eksekutif Gamal Eid dari jaringan informasi HAM Arab.

Eid mengatakan bahwa laporan mereka berisi bab khusus pada alat yang biasa dikenal sebagai situs-situs berbasis "Web 2.0" seperti Facebook,Twitter dan YouTube serta blog, dan alat-alat interaktif lainnya di situs Web.

Amr Magdi, salah satu peneliti kunci yang menyusun laporan menekankan bahwa ada pertumbuhan yang sangat cepat terhadap jumlah pengguna internet di negara-negara Arab, disebabkan adanya peningkatan kesadaran anak-anak muda dalam menggunakan Internet, tidak lagi hanya sebagai sarana hiburan atau penelitian.

Pada bagian lain, peneliti Shahinaz Abdel-Salam mengatakan bahwa blogger Arab tumbuh dalam jumlah yang tinggi setiap hari, dan ia mencatat bahwa ada sekitar 600 ribu blogger warga Arab, sekitar 150 ribu yang aktif."

Dia menjelaskan bahwa beberapa blogger Arab telah mulai muncul dari bawah kodifikasi pribadi dan isu-isu sosial yang ditujukan untuk menangani isu-isu politik, seperti di Saudi Arabia, Maroko dan Tunisia.

Namun, ilmuwan Mesir mengatakan bahwa secara keseluruhan melakukan blogging di banyak negara-negara Arab sebagai akibat kegagalan politik, menunjukkan bahwa forum elektronik masih menarik sebagian besar perhatian dan partisipasi.

Laporan berjumlah 235 halaman tersebut mencakup semua negara-negara Arab kecuali Djibouti dan Komoro, dan laporan mencakup 24 bab yang meliputi realitas Internet di 20 negara-negara Arab.

Laporan menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Tunisia di garis terdepan dalam hal sensor internet, sementara Mesir merupakan garda garis depan yang melakukan penekanan terhadap aktivis internet.

Laporan ini berfokus pada pengguna Internet di negara-negara Arab, khususnya kaum muda, yang telah biasa menggunakan situs dan blog, Facebook, Twitter dan YouTube, dalam perjuangan mereka untuk merebut hak untuk menyatakan pendapat dan mengungkapkan korupsi dan penindasan di dunia Arab.

Laporan ditujukan apa yang disebut sebagai kondisi pembatasan yang dikenakan oleh sebagian besar pemerintah Arab terhadap pengguna internet, maupun tindakan yang dilakukan terhadap mereka, yang berkisar dari penculikan, penyiksaan dan penahanan di bawah keadaan darurat seperti di Mesir dan Suriah, untuk maklumat keagamaan dengan menutup beberapa situs yang telah menyelinap melalui penyaringan di Arab Saudi, menurut laporan itu.

Laporan ini mengatakan bahwa pengguna Internet di Libanon, Aljazair dan Somalia memiliki relatif kebebasan.

Peningkatan jumlah pengguna Internet di dunia Arab, di mana angka tersebut dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir, telah meningkatkan penindasan dan pelecehan terhadap para penggunanya.

Laporan menambahkan bahwa negara-negara seperti Saudi Arabia, Tunisia dan Suriah, termasuk negara-negara yang terlibat dalam "penyaringan ketat" terhadap situs Internet , sementara Mesir telah menghentikan kebijakan memblokir website lima tahun yang lalu, namun menjadi negara "yang paling represif terhadap aktivis internet dan blogger."(fq/iol)
»»  read more

Sabtu, 19 Desember 2009

Palestina

Melihat berita-berita mengenai saudara kita di Palestin, membuatkan saya teramat sedih, apatah lagi melihat kanak-kanak yang seusia dengan anak-anak saya. Tidak sanggup untuk saya membaca berita-berita tersebut sehingga akhir.

Palestin bagi umat Islam, penganut yahudi dan kristian :

Bagi umat Islam, di tanah inilah terbinanya Masjidil Aqsa, iaitu masjid ketiga paling mulia di dunia ini, setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Bagi penganut Yahudi pula, tanah tersebut merupakan “Tanah Yang Dijanjikan Tuhan” kepada mereka. Di situlah nenek moyang mereka berasal (Bani Israel), dan di situlah kampung halaman mereka. Mereka percaya, di tanah itulah terletaknya Bukit Zion, dan situlah tertanamnya Temple of Solomon, iaitu kuil suci mereka.
Atas kedua-dua sebab inilah, tanah tersebut menjadi rebutan antara Muslim dan Yahudi sejak dari dahulu, hinggalah membawa kepada pertumpahan darah sekarang.

Penganut Kristian juga, menganggap tanah tersebut sebagai tanah suci. Di Temple of Nazareth, yang terletak di tanah tersebut, merupakan tempat kelahiran Nabi Isa. Di tanah itulah Nabi Isa menyampaikan ajarannya, dan di tanah itu jugalah Nabi Isa disalib.

Palestin menjadi milik Islam dan kristian berusaha menawan Palestin :

Palestin kekal di bawah milik kerajaan Rom sehinggalah kelahiran Nabi kita Muhammad s.a.w. Setelah Rasulullah berjaya menubuhkan Empayar Islam, beliau wafat pada 632 Masihi. Seterusnya empayar Islam semakin berkembang, dan Palestin berjaya ditawan dari kerajaan Rom pada tahun 638 Masihi. Maka sedari itulah Palestin menjadi milik Islam, sebagai tanah suci yang ketiga selepas Makkah dan Madinah.

Sepanjang dari tempoh tersebut, kerajaan Rom yang telah menjalani Kristianisasi, mengalami pelbagai perubahan dari sudut struktur pemerintahan. Bangsa-bangsa asal Eropah seperti Vikings, Magyar dan sebagainya dikristiankan, dan pemerintahan dikuasai oleh golongan Church.

Sejak dari 1000 Masihi, tentera Kristian telah melakukan pelbagai usaha menawan kembali Palestin. Pada tahun 1063, Pope Alexander II memberikan “fatwa” mengerahkan penganut Kristian untuk berjuang mendapatkan kembali Palestin, dan barangsiapa yang berjuang diberikan status kemuliaan dan pengampunan tertinggi. Itulah yang dikenali sebagai Perang Salib (Crusades).

Akhirnya pada tahun 1099, tentera Salib berjaya menawan Palestin, dan menguasai tanah suci tersebut selama hampir 200 tahun.

Sehingga kini, Israel terus-terusan menyerang Palestin dalam usaha meluaskan sempadannya. Palestin pula berjihad, dalam usaha menawan kembali Masjidil Aqsa. Sejak kerajaan khalifah Islam tumbang, tiada sesiapa lagi yang mahu menyokong Palestin. Negara-negara Islam yang lain tunduk takut dan akur kepada Amerika. Sampai bila keadaan ini akan berakhir? Hanya 2 - sama ada Palestin akan terus dihapuskan dan Masjidil Aqsa dimusnahkan dalam usaha mereka mencari Temple of Solomon, ataupun tertegaknya kembali kerajaan khalifah Islam menyokong perjuangan Palestin.

Bukankah Allah telah berfirman:

ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم

“Orang-orang Yahudi dan Nasara tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut agama mereka (yang telah terpesong itu).”
– Al-Baqarah:120

Sungguhpun ayat ini pada asalnya ditujukan kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, tetapi kita sebagai umatnya turut menerima nasib yang sama. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

لتجدن أشد الناس عداوة للذين ءامنوا اليهود والذين أشركوا

“Demi sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan dapati manusia yang keras sekali permusuhannya kepada orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” – Al-Ma’idah: 82

Orang-orang Yahudi yang benar-benar mengkaji kitab Taurat memang menyedari bahawa suatu masa nanti, mereka juga akan dikalahkan oleh umat Islam. Tetapi bersyarat! Apakah syaratnya?

“Jangan harap umat Islam seluruh dunia akan menang, selagi bilangan jemaah solat fardhu subuh di masjid tidak sama ramainya dengan bilangan jemaah ketika solat fardhu Jumaat.”

[puerijasmin.blogspot.com]Rata Penuh
»»  read more

10 Muharam

10 Muharram atau Hari Assyuuraa'.. salah satu hari kebesaran umat Islam..

Dinamakan Assyuuraa' kerana ia jatuh pada sepuluh bulan Muharram. Ada lain pendapat yang mengatakan hari Assyuuraa' kerana Allah telah memuliakan pada Nabi-nabi dengan sepuluh kehormatan :

* Allah telah menerima taubat Nabi Adam a.s.
* Allah menaikkan darjat Nabi Idris a.s.
* Hari berlabuhnya perahu Nabi Nuh a.s.
* Nabi Ibrahim a.s dilahirkan pada hari Assyuuraa' dan diangkatkan sebagai kholilulLah juga diselamatkan dari api.
* Allah menerima taubat Nabi Daud a.s.
* Allah mengangkat Nabi Isa a.s. ke langit
* Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s.
* Allah menenggelamkan Fir'aun
* Allah mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan
* Allah mengembalikan kerajaan Nabi Sulaiman a.s.

Allah juga telah menjadikan kelebihan pada Hari Assyuuraa"..

* Allah telah menjadikan langit dan bumi pada hari Assyuuraa',
* dan menjadikan Adam juga Hawa pada hari Assyuuraa';
* dan menjadikan Syurga serta memasukkan Adam di syurga pada hari Assyuuraa';
* dan Allah menyelamatkan dari api neraka pada hari Assyuuraa';
* dan menenggelamkan Fir'aun pada hari Assyuuraa';
* dan menyembuhkan bala Nabi Ayyub pada hari Assyuuraa'
* dan Allah memberi taubat kepada Adam pada hari Assyuuraa';
* dan diampunkan dosa Nabi Daud pada hari Assyuuraa';
* dan juga kembalinya kerajaan Nabi Sulaiman pada hari Assyuuraa';
* dan akan terjadi Qiyamat pada hari Assyuuraa'

Abul-Laits Asssamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas r.a berkata: Nabi SAW. bersabda yang bermaksud;
Barangsiapa yang berpuasa pada hari Assyuuraa' yakni 10 Muharram, maka Allah akan memberikan kepadanya pahala 10,000 malaikat; dan barangsiapa yang puasa pada hari Assyuuraa', maka akan diberikan pahala 10, 000 orang Haji dan Umrah, dan 10, 000 orang mati syahid; dan siapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari Assyuuraa', maka Allah akan menaikkan dengan rambut satu darjat. Dan barangsiapa yang memberi buka puasa orang mukmin yang berpuasa pada hari Assyuuraa', maka seolah-olah memberi buka puasa semua umat Muhammad SAW. dan mengenyangkan perut mereka.

[puterijasmin.blogspot.com]
»»  read more

Minggu, 06 Desember 2009

Beriman Kepada Siksa Kubur dan Kenikmatannya

Orang Muslim meyakini bahwa alam kubur, siksa di dalamnya, dan pertanyaan dua malaikat adalah benar. Berdasarkan dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal seperti berikut ini. Dalil-Dalil Wahyu
  1. Penjelasan Allah Ta'ala tentang hal tersebut dalam firman-firman-Nya.
    • "Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), 'Rasakanlah oleh kalian siksa neraka yang membakar,' (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya." (Al-Anfal: 50-51).
    • "Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), 'Keluarlah nyawa kalian. Pada hari ini kalian dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kalian selalu mengatakan kepada Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kalian selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. Dan sesungguhnya kalian datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagai mana Kami ciptakan pada mulanya, dan kalian tinggalkan di belakang kalian (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian dan Kami tidak melihat beserta kalian pemberi syafaat yang kalian anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kalian sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kalian dan telah lenyap daripada kalian apa yang dahulu kalian anggap (sebagai sekutu Allah)." (Al-An'am: 93-94).
    • "Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar." (At-Taubah: 101).
    • "Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), 'Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras'." (Ghafir: 46).
    • "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki." (Ibrahim: 27).
  2. Penjelasan Rasulullah saw. tentang hal tersebut dalam sabda-sabdanya berikut ini:
    • "Jika seorang hamba telah diletakkan di kuburnya, dan sahabat-sahabatnya telah meninggalkannya, serta ia mendengar suara sandal mereka, maka dua malaikat datang kepadanya kemudian duduk padanya. Kedua malaikat tersebut berkata, 'Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah saw.)?' Adapun orang Mukmin, ia berkata, ‘Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan Rasul-Nya,' kemudian dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah ke kursimu di neraka, Allah telah memberi ganti untukmu dengan kursi dari surga.' Orang Mukmin tersebut bisa melihat kedua kursi tersebut. Adapun munafik atau orang kafir, maka kedua malaikat bertanya kepada keduanya, 'Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini (Rasulullah saw.)?' Adapun orang Munafik atau orang kafir tersebut berkata, ‘Aku tidak tahu. Dulu aku hanya berkata seperti yang dikatakan manusia.' Dikatakan kepada orang kafir atau orang munafik tersebut, 'Engkau tidak tahu dan tidak mengikutinya?' Kemudian orang kafir atau orang munafik tersebut dipukul dengan martil besi dengan pukulan yang membuatnya berteriak dengan teriakan yang bisa didengar makhluk-makhluk yang berdekatan dengannya kecuali manusia dan jin." (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).
    • "Jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan padanya pagi-sore. Jika ia termasuk penghuni surga maka ia termasuk penghuni surga, jika ia termasuk penghuni neraka maka ia akan menjadi penghuni neraka. Dikatakan kepadanya, ‘Ini kursimu hingga Allah membangkitkanmu pada hari kiamat'." (Al-Bukhari).
    • Sabda Rasulullah saw. ketika berjalan melewati dua kuburan, "Sesungguhnya dua orang di dua kuburan tersebut sedang disiksa karena dosa besar. Ya, salah seorang dari keduanya berjalan dengan membawa adu domba, sedang orang satunya tidak mengenakan tutup ketika buang air kecil." (Diriwayatkan Al-Bukhari).
  3. Keimanan miliaran orang dari para ulama, orang-orang shalih, dan kaum mukminin umat Rasulullah saw., serta umat-umat sebelumnya kepada siksa alam kubur, kenikmatannya, dan apa saja yang bisa dilihat daripadanya.

Dalil-Dalil Akal

  1. Keimanan seorang hamba kepada Allah Ta'ala, malaikat-malaikat-Nya, dan hari akhir mengharuskannya beriman kepada alam kubur, kenikmatannya, dan apa saja yang terjadi di dalamnya. Sebab, itu semua termasuk perkara-perkara ghaib. Jika seseorang mempercayai sebagian sesuatu, maka menurut akal ia harus mengimani sebagian satunya.
  2. Alam kubur, kenikmatannya, pertanyaan dua malaikat bukan merupakan sesuatu yang mustahil menurut akal. Bahkan akal yang sehat mengakuinya memberi kesaksian terhadapnya.
  3. Orang yang tidur terkadang bermimpi melihat sesuatu yang menyenangkan kemudian ia bahagia dengannya, dan menikmatinya. Namun ia sedih jika ia terbangun. Atau terkadang ia bermimpi melihat sesuatu yang dibencinya, kemudian ia murung karenanya, dan ia senang sekali kalau ada orang yang membangukannya. Kenikmatan dan siksa di alam mimpi tersebut betul-betul terjadi pada ruhani. Dan ruhani terpengaruh dengannya tanpa ia rasakan dan bisa dilihat oleh kita, serta tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Bagaimana terhadap siksa alam kubur, dan kenikmatannya yang pada dasarnya sama persis dengan mimpi tersebut?

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 56-60.

»»  read more

Beriman Kepada Hari Akhir

Orang Muslim menyakini dunia ini mempunyai saat terakhir di mana ia berhenti padanya. Kemudian datang kehidupan kedua, yang tidak mempunyai penghabisan, yaitu hari lain di negeri akhirat. Pada hari tersebut, Allah Ta’ala membangkitkan semua makhluk, mengumpulkan mereka semua kepada-Nya untuk dihisab orang-orang baik dibalas dengan kenikmatan abadi di surga, dan orang jahat dibalas dengan siksa yang menghinakan di neraka.

Hari Kiamat didahului dengan tanda-tandanya, seperti keluarnya Al-Masih Ad-Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa Alahis Salam, keluarnya hewan besar, kemunculan matahari dari barat, dan tanda-tanda lainnya. Dilanjutkan dengan peniupan sangkakala kebangkitan dan berdiri di hadapan Allah, Tuhan semesta alam. Dilanjutkan lagi dengan pembagian buku catatan amal perbuatan. Ada orang yang menerimanya dengan tangan kanan dan ada orang yang menerimanya dengan tangan kiri. Kemudian dilanjutkan dengan peletakan timbangan, dilanjutkan dengan proses penghisaban(perhitungan), dan dilanjutkan dengan pemasangan titian. Dan rentetan ini berakhir dengan menetapnya penghuni surga di surga, dan menetapnya penghuni neraka di neraka. Orang Muslim menyakini itu semua berdasarkan dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.

Dalil-Dalil Wahyu

  1. Penjelasan Allah Ta’ala tentang hari akhir dalam firman-firman-Nya, misalnya dalam firman-firman-Nya berikut ini:
    • “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman: 26-27).
    • “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujikalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (Al-Anbiya’: 34-35).
    • “Orang-orang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, ‘Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kalian akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.’ Yang demikian itu mudah bagi Allah.” (At-Taghabun: 7).
    • “Tidaklah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (yaitu) Hari manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?” (Al-Muthaffifin: 4-6).
    • “Dan memberi peringatan tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan di dalamnya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.” (Asy-Syura: 7).
    • “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat). Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihatnya. Dan barangsiapa melakukan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihatnya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8).
    • “Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Tuhanmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, ‘Tunggulah oleh kalian sesungguhnya kami pun menunggu (pula)’.” (Al-An’am: 158).
    • “Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.” (An-Naml: 82).
    • “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir.” (Al-Anbiya’: 96-97).
    • “Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, ‘Manakah yang lebih baik? Tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?’ Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (Az-Zukhruf: 57-61).
    • “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Az-Zumar: 68-70).
    • “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka seseorang tidak dirugikan sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami datangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (Al-Anbiya’: 47).
    • “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan terbelah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kalian dihadapkan (kepada Tuhan kalian), tidak ada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, ‘Ambil, bacalah kitabku (ini).’ Sesungguhnya aku yakin bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai. Di surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. ‘Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, ‘Wahai alangkah bainya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku.’ (Allah berfirman), ‘Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dulu dia tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin’.” (Al-Haaqqah: 13-34).
    • “Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bengkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam dengan berlutut. Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka. Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” (Maryam: 68-72).
  2. Penjelasan Rasulullah saw. dalam sabda-sabdanya, misalnya sabda-sabdanya berikut ini:
    • “Kiamat tidak akan terjadi hingga seseorang berjalan melewati kuburan orang lain, kemudian ia berkata, ‘Ah, seandainya aku berada di tempatnya’.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
    • “Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga terjadi sepuluh hal: gerhana di timur, gerhana di barat, gerhana di Jazirah Arab, Dajjal, asap dan hewan besar, Ya’juj dan Ma’juj, terbitnya matahari dari barat, api keluar dari dalam Aden yang mengusir manusia, dan turunnya Nabi Isa.” (Diriwayatkan Muslim).
    • “Dajjal muncul di umatku kemudian hidup selama empat puluh (hari, bulan, atau tahun), kemudian Allah mengutus Isa bin Maryam yang mirip dengan Urwah bin Mas’ud yang kemudian mencarinya dan membunuhnya. Setelah itu, manusia hidup selama tujuh tahun tanpa ada permusuhan di antara dua orang. Kemudian, Allah mengirimkan angin dingin dari arah Syam. Maka, tidak tersisa di atas permukaan bumi orang yang di dalam hatinya terdapat kebaikan atau keimanan sebesar biji atom, melainkan direnggut oleh angin tersebut. Bahkan kalau seandainya salah satu di antara kalian masuk ke tengah gunung, maka angin dingin masuk kepadanya dan merenggutnya. Yang tersisa ialah orang-orang jahat dalam kebodohan seperti burung, dan dalam mimpi-mimpi binatang buas. Mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak memungkiri kemungkaran. Kemudian syaitan muncul kepada mereka dan berkata kepada mereka, ’Kenapa kalian tidak merespon ajakanku?’ Mereka berkata, ‘Apa yang engkau perintahkan kepada kami?’ Syaitan menyuruh mereka menyembah berhala. Dalam kondisi seperti itu, rizki mereka banyak dan kehidupan mereka enak. Kemudian, sangkakala ditiup. Maka, tidak ada seorang pun yang mendengarnya melainkan ia memiringkan sisi lehernya (agar bisa mendengar), dan mengangkatnya. Orang yang pertama kali mendengar tiupan sangkakala ialah orang yang sedang melepa kolam untanya. Orang tersebut pun pingsan, begitu juga semua manusia. Kemudian, Allah menurunkan hujan seperti tetesan embun. Kemudian, dari air hujan tersebut tumbuhlah badan manusia. Sangkakala ditiup lagi pada manusia, tiba-tiba mereka berdiri saling memandang yang lain. Dikatakan kepada mereka, ’Hai manusia, mari pergi kepada Tuhan kalian. (Tahanlah mereka, karena sesungguhnya mereka akan ditanya) (Ash-Shaffat: 24).’ Kemudian dikatakan, ’Keluarkan penghuni neraka.’ Ditanyakan, ’Sejak kapan?’ Dikatakan, ’Dari setiap tahun sejumlah sembilan ratus sembilan puluh sembilan’. Itulah hari di mana (anak kecil menjadi tua) dan (hari tersingkapnya betis).” (Diriwayatkan Muslim).
    • “Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada orang-orang jahat.” (Diriwayatkan Muslim).
    • “Jarak antara dua tiupan sangkakala adalah empat puluh (hari, atau bulan, atau tahun), kemudian Allah menurunkan hujan dari langit kemudian manusia tumbuh seperti tumbuhnya sayuran. Tidak ada anggota badan manusia melainkan diuji, kecuali satu tulang, yaitu tulang di bawah. Dari tulang tersebut, manusia disusun pembentukannya pada hari kiamat.” (Diriwayatkan Muslim).
    • Sabda Rasulullah saw. ketika berkhutbah, “Hai manusia, sesungguhnya kelak kalian dikumpulkan kepada Tuhan kalian dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan, dan tidak khitan. Ketahuilah, bahwa orang yang pertama kali dikenakan pakaian ialah Ibrahim a.s. Ketahuilah bahwa Nabi Ibrahim didatangkan dengan beberapa orang dari umatku, kemudian mereka dibawa ke sebelah kiri. Aku berkata, Wahai Tuhanku, mereka sahabat-sahabatku?’ Allah berfirman, Engkau tidak tahu apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu’.” (Diriwayatkan Muslim).
    • “Kedua kaki seorang hamba tidak bisa bergerak hingga ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya di dalam hal apa saja ia gunakan, tentang ilmunya apa saja yang telah ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan ia infakkan untuk apa saja, dan tentang badannya di dalam apa saja ia habiskan.” (Diriwayatkan At-Tarmidzi. At-Tarmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih dan juga disebutkan Muslim di Shahih-nya).
    • “Telagaku (luasnya) adalah perjalanan sebulan. Airnya lebih putih dari pada susu, aromanya lebih wangi daripada kesturi, dan tekonya seperti bintang-bintang di langit. Barang siapa minum airnya, ia tidak akan haus selama-lamanya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).
    • Sabda Rasulullah saw. kepada Aisyah Radhiyallahu Anha ketika ia ingat neraka kemudian menangis, “Kenapa engkau menangis?” Aisyah menjawab, “Aku ingat neraka kemudian menanngis. Apakah engkau ingat keluargamu pada hari kiamat?” Sabda Rasulullah saw., “Ada tiga tempat di mana seseorang tidak ingat pada orang lain: Di saat berada di timbangan, hingga ia tahu apakah timbangannya ringan atau berat? Di saat buku-buku catatan berterbangan, hingga ia tahu di mana buku catatannya jatuh, di tangan kanannya ataukah di tangan kirinya, ataukah di belakang punggungnya? Dan di titian ketika dipasangkan di antara tepi Jahannam hingga ia berhasil menyeberanginya.” (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad hasan).
    • “Setiap nabi mempunyai doa dan ia telah berdoa dengannya untuk umatnya. Sedang aku merahasiakan doaku sebagai syafaat untuk umatku.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, At-Tarmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim yang men-shahih-kannya).
    • “Aku penghulu anak keturunan Adam dan tidak ada kesombonngan dalam hal ini. Aku orang yang pertama kali tanahnya terbelah pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan dalam hal ini. Aku pemberi syafaat pertama kali dan orang yang pertama kali syafaatnya diterima dan tidak ada kesombongan dalam hal ini. Panji pujian ada di tanganku pada hari kiamat dan tidak ada kesombongan dalam hal ini.” (Diriwayatkan Muslim).
    • “Barang siapa meminta surga kepada Allah hingga tiga kali, maka surga berkata, ‘Ya Allah, masukkan orang tersebut ke surga.’ Barang siapa berlindung diri dari neraka hingga tiga kali, maka neraka berkata, ‘Ya Allah, lindungilah orang tersebut dari neraka’.” (Diriwayatkan At-Tarmidzi, Ibnu Majah, An-Nasai, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).
  3. Keimanan jutaan para nabi, rasul, ulama, dan orang-orang shalih kepada hari akhir dan apa saja yang terjadi di dalamnya.

Dalil-Dalil Akal

  1. Kebaikan kekuasaan Allah Ta’ala untuk mengembalikan manusia setelah kematian mereka. Sebab, pengembalian mereka itu tidak lebih sulit dari penciptaan mereka tanpa contoh sebelumnya.
  2. Tidak ada sesuatu yang bertentangan dengan akal pada hari kebangkitan dan hari pembalasan. Sebab, akal hanya memungkiri dan memustahilkan pertemuan dua hal yang saling berlawanan dan dua hal yang saling kontradiksi. Hari kebangkitan dan hari pembalasan sedikit pun tidak masuk dalam pembahasan tersebut.
  3. Hikmah Allah Ta’ala yang terlihat dalam semua tindakan-Nya terhadap seluruh makhluk-Nya dan hikmah-Nya yang menjelaskan segala sesuatu itu mustahil menurut akal tidak menghendaki adanya hari kebangkitan bagi makhluk setelah kematian mereka, dan tidak berakhirnya kehidupan dunia, serta tidak adanya balasan atas perbuatan buruk mereka.
  4. Keberadaan dunia dengan kenikmatan, dan penderitaan yang ada di dalamnya menjadi bukti adanya kehidupan lain di alam lain di mana di dalamnya terdapat keadilan, kebaikan, kesempurnaan, kebahagiaan, dan penderitaan yang jauh lebih banyak daripada di dunia. Kehidupan di dunia dengan kebahagiaan dan penderitaan di dalamnya tidak lebih dari sehelai daun kecil jika dibandingkan istana megah, atau taman asri di akhirat.

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 46-56.

»»  read more

Etika Terhadap Muslim Lainnya

Orang Muslim meyakini hahwa saudara seagamanya mempunyai hak-hak, dan etika-etika yang harus ia terapkan terhadapnya, kemudian ia melaksanakannya kepada saudara seagamanya, karena ia berkeyakinan bahwa itu adalah ibadah kepada Allah Ta'ala, dan upaya pendekatan kepada-Nya.

Hak-hak dan etika-etika ini diwajibkan Allah Ta‘ala kepada orang Muslim agar ia mengerjakannya kepada saudara seagamanya. Jadi, menunaikan hak-hak tersebut adalah ketaatan kepada Allah Ta‘ala dan upaya pendekatan kepada-Nya tanpa diragukan sedikit pun.

Di antara hak-hak, dan etika-etika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ia mengucapkan salam jika ia bertemu dengannya sebelum ia berbicara dengannya dengan mengatakan, "As-Salamu'alaikum wa Rahmatullah", berjabat tangan dengannya, dan menjawab salamnya dengan berkata, "Wa‘alaikumus salam wa rahmatullah wa barakatuhu".

Orang Muslim melakukan itu semua, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Apabila kamu diberi salam dengan ucapan salam, maka balaslah salam tersebut dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa)." (An-Nisa': 86).

Sabda Rasulullah saw.,

"Orang yang berada di atas kendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit mengucapkan salam kepada orang yang banyak." (Muttafaq Alaih).

"Sesungguhnya para malaikat heran kepada seorang Muslim yang berjalan melewati seorang Muslim lainnya, namun ia tidak mengucapkan salam kepadanya."

"Ucapkan salam kepada orang yang engkau kenal, dan orang yang tidak engkau kenal." (Muttafaq Alaih).

"Tidaklah dua orang Muslim kemudian keduanya berjabat tangan, melainkan keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah." (Diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi).

"Barangsiapa memulai pembicaraan sebelum mengucapkan salam, maka janganlah kalian menggubris pembicaraannya hingga ia mengucapkan salam." (Diriwayatkan Ath-Thabrani, dan Abu Nu'aim).

2. Jika ia bersin dan membaca "alhamdulillah", maka ia mendoakannya dengan berkata, "yarmukallahu" (mudah-mudahan Allah merahmatimu), kemudian orang yang bersin berkata, "yaghfirullahu lii wa laka" (semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepadamu, atau ia berkata, "yahdikumullahu wa yushlihu baalakum" (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu), karena Rasulullah saw. bersabda,

"Jika salah seorang dan kalian bersin, maka hendaklah ia berkata, ‘Segala puji bagi Allah', dan hendaklah saudaranya mengatakan padanya, ‘Semoga Allah merahmatimu', dan jika saudaranya telah mengatakan, ‘Semoga Allah merahmatimu', maka hendaklah orang yang bersin berkata, ‘Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu'." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Abu Hurairah ra berkata, "Jika Rasulullah SAW. bersin, beliau meletakkan tangannya, atau pakaiannya di mulutnya, dan merendahkan suaranya." (Muttafaq Alaih).

3. Menjenguknya jika ia sakit dan mendoakan kesembuhan untuknya, karena sabda-sabda Rasulullah saw. berikut:

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya ialah lima: Menjawab ucapan salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin." (Muttafaq Alaih).

Al-Barra' bin Azib ra berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan kita menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, mendoakan orang yang bersin, membebaskan orang yang bersumpah, menolong orang yang tertindas, memenuhi undangan, dan menebarkan salam." (Diriwayatkan A1-Bukhari).

"Jenguklah orang sakit, berilah makan orang yang lapar, dan bebaskan para tawanan." (Muttafaq Alaih).

Aisyah ra berkata, "Rasulullah SAW. menjenguk sebagian keluarganya, kemudian beliau mengusap dengan tangan kanannya, sambil berkata, ‘Ya Allah Tuhan manusia, hilangkan musibah, dan sembuhkanlah karena Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada penyembuhan kecuali penyembuhan-Mu dengan penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit'." (Muttafaq Alaih).

4. Menyaksikan jenazah tetangganya jika meninggal dunia, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Hak seorang Muslim atas Muslim lainnya adalah lima: Menjawab salamnya, menjenguk orang sakit, mengantar jenazahnya, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin." (Muttafaq Alaih).

5. Membebaskan sumpah tetangganya jika telah bersumpah terhadap sesuatu dan ia tidak dilarang melakukannya, kemudian ia mengerjakan apa yang disumpahkan tetangganya itu untuknya agar tetangganya tidak berdosa dalam sumpahnya, karena hadits Al-Barra' bin Azib yang berkata, "Rasulullah saw. memerintahkan kita menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, mendoakan orang yang bersin, membebaskan orang yang bersumpah, menolong orang yang tertindas, memenuhi undangan, dan menebarkan salam." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

6. Menasihatinya jika ia meminta nasihat kepadanya dalam satu persoalan dengan menjelaskan apa yang ia pandang baik dalam hal tersebut berdasarkan dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Jika salah seorang meminta nasihat kepada saudaranya, hendaklah saudaranya tersebut memberinya nasihat." (Al-Bukhari).

"Agama adalah nasihat." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Untuk siapa saja?" Rasulullah saw. bersabda, "Untuk Allah, kitab-kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, dan seluruh kaum Muslimin." (Diriwayatkan Muslim).

7. Mencintai untuknya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuknya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Salah seorang dan kalian tidak beriman hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri dan membenci untuk saudaranya apa yang ia benci untuk dirinya sendiri." (Muttafaq Alaih).

"Perumpamaan kaum Mukminin dalam kecintaan mereka, kasih sayang mereka, dan keakraban mereka seperti satu badan. Jika salah satu anggota badan sakit, maka untuknya seluruh anggota badan tidak bisa tidur, dan demam." (Muttafaq Alaih).

"Orang bagi orang Mukmin lainnya adalah seperti bangunan dimana sebagiannya menguatkan sebagian yang lain." (Muttafaq Alaih).

8. Menolong dan tidak menelantarkannya kapan saja ia membutuhkan pertolongan, dan dukungan, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Tolonglah saudaramu, ia zhalim atau zhalimi", Rasulullah saw. ditanya tentang cara menolong orang yang zhalim, maka beliau bersabda, "Engkau melarangnya berbuat zhalim, dan menghentikan perbuatannya. Itulah pertolonganmu terhadapnya." (Muttafaq Alaih).

"Orang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. ia tidak boleh menzhaliminya, tidak boleh menelantarkannya, dan tidak boleh menghinanya." (Diriwayatkan Muslim).

"Tidaklah orang Muslim menolong orang Muslim lainnya di tempat di mana di dalamnya kehormatannya dilecehkan, dan keharamannya dihalalkan, melainkan Allah menolongnya di tempat ia senang ditolong di dalamnya. Tidaklah seorang Muslim menelantarkan (tidak menolong) orang Muslim lainnya di tempat di mana di dalamnya kehormatannya dilecehkan, melainkan ia ditelantarkan Allah di tempat ia senang ditolong di dalamnya." (Diriwayatkan Ahmad).

"Barangsiapa melindungi kehormatan saudaranya, maka Allah melindungi wajahnya dari neraka pada hari kiamat."

9. Tidak menimpakan keburukan kepadanya, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Seorang Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Orang Muslim tidak halal menakut-nakuti orang Muslim lainnya." (Diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud).

"Orang Muslim tidak halal melihat orang Muslim lainnya dengan pandangan yang menyakitinya." (Diriwayatkan Ahmad).

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai gangguan terhadap kaum Mukminin." (Diriwayatkan Ahmad).

"Orang Muslim ialah orang yang di mana kaum Muslimin yang lain selamat dari (gangguan) lisannya, dan tangannya." (Muttafaq Alaih).

"Orang Mukmin ialah orang yang di mana kaum Mukminin merasa aman terhadap jiwa mereka, dan harta mereka." (Diriwayatkan Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim. Hadits ini shahih).

10. Rendah hati, tidak sombong terhadapnya, dan tidak menyuruh berdiri dari kursinya agar ia bisa duduk di atasnya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta'ala,

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Luqman: 18).

Sabda Rasulullah saw.,

"Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadlu, hingga salah seorang dan kalian tidak sombong terhadap yang lain." (Diriwayatkan Abu Daud dan lbnu Majah. Hadits ini shahih)

"Tidaklah seseorang tawadlu (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah Ta‘ala mengangkat derajatnya."

Rasulullah saw. bersikap tawadlu' kepada semua orang Muslim dalam kapasitasnya sebagai pemimpin para rasul, tidak bersikap kasar, tidak malu berjalan dengan wanita-wanita janda dan orang-orang miskin, dan memenuhi kebutuhan mereka, hingga beliau bersabda,

"Ya Allah, hidupkan aku dalam keadaan miskin, matikan aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkan aku bersama rombongan orang-orang miskin." (Diriwayatkan Ibnu Majah dan Al-Hakim).

"Janganlah salah seorang dari kalian menyuruh seseorang berdiri dari kursinya kemudian ia duduk di atasnya, namun hendaklah kalian memperluas diri, dan melapangkan diri." (Muttafaq Alaih).

11. Tidak mendiamkannya lebih dan tiga hari, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Orang Muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiqa hari. Keduanya bertemu, salah satunya berpaling dan orang satunya juga berpaling. Orang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam." (Muttafaq Alaih).

"Dan janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hai hamba-hamba Allah sebagai saudara-saudara." (Diriwayatkan Muslim).

Membelakangi ialah sikap saling mendiamkan, seorang Muslim memberikan pantatnya kepada orang lain, dan berpaling daripadanya.

12. Tidak menggunjingnya, tidak menghinanya, tidak mencacinya, tidak melecehkannya, tidak menggelarinya dengan gelar yang tidak baik, dan tidak mengembangkan pembicaraannya untuk merusaknya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya." (Al-Hujuraat: 12).

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok,) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok,) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kalian mencela diri kalian sendiri dan janganlah kalian panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang orang yang zhalim." (Al-Hujuraat: 13).

Sabda Rasulullah saw.,

"Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan menggunjing?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Rasulullah saw. bersabda, "Engkau menyebut tentang saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Bagaimana jika apa yang aku katakan ada pada saudaraku tersebut?" Rasulullah saw. bersabda, "Jika apa yang engkau katakan ada padanya, engkau telah menggunjingnya. Jika apa yang engkau katakan tidak padanya, engkau telah membuat kebohongan terhadapnya." (Diriwayatkan Muslim)

Sabda Rasulullah saw. di haji Wada', "Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram atas kalian." (Diriwayatkan Muslim).

"Setiap Muslim atas Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Cukuplah kesalahan bagi seseorang jika ia menghina saudara Muslimnya." (Muttafaq Alaih).

"Para pengadu domba tidak masuk surga."

13. Tidak mencacinya tanpa alasan, sama ada ia masih hidup atau telah meniggal dunia, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Mencaci seorang Muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekafiran." (Muttafaq Alaih).

"Janganlah seseorang menuduh orang lain fasik atau kafir, melainkan tuduhan tersebut kembali kepadanya jika sahabat yang ia tuduh tidak seperti yang ia tuduhkan." (Diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).

"Jangan kalian menghina orang-orang yang telah meninggal dunia, karena mereka telah sampai pada apa yang mereka persembahkan (amalkan)." (Muttafaq Alaih).

"Di antara dosa-dosa besar ialah seseorang mencaci kedua orang tua kandungnya." Ditanyakan kepada Rasulullah saw., "Apakah ada orang yang mencaci kedua orang tua kandungnya?" Rasulullah saw. bersabda, "Ya ada, seseorang mencaci ayah orang lain, kemuclian orang lain tersebut mencaci ayah-ibu orang tersebut." (Muttafaq Alaih).

14. Ia tidak dengki kepadanya, atau berprasangka buruk terhadapnya, atau membuatnya marah, atau mencari-cari kesalahan-kesalahannya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain." (Al-Hujuraat: 12).

Sabda Rasulullah saw.,

"Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling mencari-cari kesalahan, dan dan bersaing dalam penawaran, namun jadilah kalian sebagai saudara wahai hamba-hamba Allah." (Diriwayatkan Muslim)

"Tinggalkan oleh kalian buruk sangka, karena buruk sangka adalah perkataan yang paling dusta." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

15. Tidak menipunya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta ‘ala,

"Dan orang-orang yang menyakiti laki-laki Mukmin dan wanita wanita Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab: 58).

"Dan barangsiapa mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata." (An-Nisa': 112).

Sabda Rasulullah saw.,

"Barangsiapa mengangkat senjata kepada kami dan menipu kami, maka ia bukan golongan kami." (Diriwayatkan Muslim).

"Barangsiapa menjual hendaklah ia berkata, ‘tidak ada tipuan'." (Muttafaq Alaih).

"Tidaklah seorang hamba yang diberi amanat memimpin rakyat oleh Allah kemudian meninggal dunia dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga baginya." (Muttafaq Alaih).

"Barangsiapa merusak (menipu) istri orang lain, atau budaknya, ia bukan termasuk golongan kami." (Diriwayatkan Abu Daud).

16. Tidak mengkhianatinya, atau mendustakannya, atau menunda pembayaran hutangnya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu." (Al-Maidah: 1).

"Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji." (Al-Baqarah: 177)

"Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra': 34).

Sabda Rasulullah saw.,

"Empat hal, barangsiapa keempat hal tersebut ada padanya, ia termasuk orang munafik tulen, dan barangsiapa salah satu dari keempat hal tersebut ada padanya maka pada dirinya terdapat sifat kemunafikan hingga ia meninggalkan sifat tersebut. (Keempat hal tersebut,) ialah jika ia diberi amanah, ia mengkhianati amanah tersebut. Jika ia berkata, ia bohong. Jika ia berjanji, ia mengingkari. Dan jika ia bertengkar, ia berbuat jahat." (Muttafaq Alaih).

"Allah Ta‘ala berfirman, ‘Aku menjadi musuh bagi tiga orang pada hari kiamat, orang yang membeli sesuatu dengan-Ku kemudian ia berkhianat, orang yang menjual orang merdeka kemudian memakan hasilnya, dan orang yang menyewa buruh kemudian buruh tersebut bekerja dengan baik untuknya, namun ia tidak memberinya upah'." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

"Penundaan pembayaran hutang oleh orang kaya adalah kedzaliman. Jika salah seorang dari kalian disuruh menagih orang kaya yang menunda pembayaran hutangnya, maka tagihlah." (Muttafaq Alaih).

17. Mempergaulinya dengan akhlak yang baik dengan memberikan kebaikan kepadanya, tidak menyakitinya, menampakkan wajah yang berseri-seri ketika bertemu dengannya, menerima kebaikan darinya. memaafkan kesalahannya, tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak rnenuntut ilmu dari orang bodoh, dan tidak meminta penjelasan dan orang yang tidak mempunyai penjelasan, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma‘ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." (Al-A'raaf: 199).

Sabda Rasulullah saw.,

"Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, tindaklanjutilah kesalahan dengan kebaikan niscaya kebaikan tersebut menghapus kesalahan tersebut, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (Diriwayatkan Al-Hakim dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

18. Hormat kepadanya jika ia dewasa (tua), dan menyayanginya jika ia masih kecil, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Tidak termasuk golongan kami, orang yang tidak hormat terhadap orang tua kita, dan tidak menyayangi anak-anak kecil kita." (Diriwayatkan Abu Daud, dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

"Di antara pengagungan kepada Allah ialah memuliakan orang tua Muslim." (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad yang baik).

"Mulailah dengan orang tua, dan mulailah dengan orang tua."

Jika anak kecil dibawa ke hadapan Rasulullah saw. beliau doakan, dan beliau beri nama, maka beliau mendudukkannya di atas pangkuannya, dan terkadang anak kecil tersebut mengencingi beliau.

Diriwayatkan bahwa jika Rasulullah saw. tiba dari perjalanan, maka beliau disambut anak-anak, kemudian beliau berdiri di depan mereka, memerintahkan mereka diangkat kepada beliau, kemudian sebagian anak-anak tersebut berada di depan beliau, dan di belakang beliau. Beliau juga memerintahkan sahabat-sahabatnya menggendong sebagian anak-anak kecil sebagai ungkapan kasih sayang terhadap anak-anak kecil.

19. Memposisikannya seperti dirinya, dan memperlakukannya dengan perlakuan yang ia sukai untuk dirinya sendiri, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Seseorang tidak bisa menyempumakan imannya hingga terkumpul pada dirinya tiga hal: Berinfak dari kekikiran, adil, dan memberikan ucapan salam." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

"Barangsiapa ingin dijauhkan dan neraka dan masuk surga, hendaklah ia mati dalam keadaan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan hendaklah ia menemui manusia dengan membawa sesuatu yang ia sendiri senang jika diberi sesuatu tersebut." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

20. Memaafkan kesalahannya, menutup auratnya, dan tidak memaksa diri mendengarkan pembicaraan yang ia rahasiakan, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta‘ala,

"Maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Maidah: 13).

"Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula)." (Al-Baqarah: 178).

"Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (Asy-Syura: 40)

"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian?" (An-Nuur: 22).

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat." (An-Nuur: 19).

Sabda Rasulullah saw.,

"Allah tidak menambahkan pada orang yang memaafkan, melainkan kemuliaannya." (Diriwayatkan Muslim).

"Hendaklah engkau memaafkan orang yang menzhalimimu."

"Tidaklah seorang hamba menutup aurat hamba lainnya, melainkan Allah menutup auratnya pada hari kiamat." (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

"Hai semua orang-orang yang beriman dengan lisannya, dan iman tidak masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing kaum Muslimin, dan jangan membuka aurat mereka, karena barang siapa membuka aurat saudara Muslimnya maka Allah membuka auratnya dan menjelek-jelekkannya kendati ia berada di tengah rumahnya." (Diriwayatkan Abu Daud dan Ahmad).

"Barangsiapa mendengar informasi satu kaum yang tidak menginginkan pembicaraannya didengar orang lain, maka telinganya diberi timah yang meleleh pada hari kiamat." (Diriwayatkan Al Bukhari, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

21. Membantunya jika ia membutuhkan bantuannya, dan membantu memenuhi kebutuhannya kendati ia sudah mampu memenuhinya, karena dalil-dalil berikut:

Firman Allah Ta ‘ala,

"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." (Al-Maidah: 2).

"Barangsiapa memberikan syafa‘at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bagian (pahala) daripanya." (An-Nisa': 85).

Sabda Rasulullah saw.,

"Barangsiapa menghilangkan salah satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin maka Allah menghilangkan salah satu kesusahan hari kiamat darinya, barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi kemudahan padanya di dunia dan akhirat, dan barangsiapa menutup aurat seorang Muslim maka Allah menutup auratnya di dunia dan akhirat. Allah menolong hamba-Nya, selagi hamba tersebut menolong saudara-nya." (Diriwayatkan Muslim).

"Berilah pertolongan niscaya kalian diberi pahala dan Allah memutuskan melalui lisan Nabi-Nya sesuai dengan yang diinginkannya." (Muttafaq Alaih).

22. Melindunginya jika ia meminta perlindungan dengan Allah Ta'ala, memberinya jika ia meminta dengan-Nya, membalas kebaikannya, dan mendoakannya, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa meminta perlindungan kalian dengan Allah, hendaklah kalian melindunginya. Barangsiapa meminta kalian dengan Allah, hendaklah kalian memberinya. Barangsiapa mengundang kalian, hendaklah kalian memenuhi undangannya. Dan barangsiapa berbuat baik kepada kalian, hendaklah kalian membalasnya. Jika kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalasnya, maka doakan dia, hingga seolah-olah kalian telah merasa telah memberi balas jasa kepadanya."

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 152-168

»»  read more

Etika Terhadap Hewan

Orang Muslim menganggap semua hewan sebagai makhluk yang harus dihormati. Oleh karena itu, ia menyayanginya karena kasih sayang Allah Ta'la kepadanya dan menerapkan etika-etika berikut terhadapnya:

1. Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.,

"Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala." (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah).

"Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi." (Muttafaq Alaih).

"Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit." (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al Hakim).

2. Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, karena dalil-dalil berikut:

Ketika Rasulullah saw. melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, beliau bersabda,

"Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran." (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih).

Rasulullah saw. melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdanya, "Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya." (Diriwayatkan Muslim).

Rasulullah saw. bersabda seperti di atas, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dan sarangnya.

3. Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dan kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya." (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad).

4. Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksaan apapun baik dengan melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut:

Rasulullah saw. bersabda,

"Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena ia tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Rasulullah saw. berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian beliau bersabda,

"Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik api itu sendiri (Allah)." (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini Shahih).

5. Diperbolehkan membunuh hewan-hewan yang membahayakan, seperti anjing penggigit, serigala, ular, kalajengking, tikus, dan lain sebagainya, karena dalil-dalil berikut:

Sabda Rasulullah saw.

"Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan haram, yaitu ular, burung gagak yang berwarna belang-belang, tikus, anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya (rajawali)." (Diriwayatkan Muslim).

Diriwayatkan, bahwa diperbolehkan membunuh burung gagak dan melaknatnya.

6. Diperbolehkan mencap telinga hewan untuk kemaslahatan, karena Rasulullah saw. mencap unta zakat dengan tangannya yang suci.

Sedang pemberian cap kepada selain unta, kambing dan lembu, maka tidak diperbolehkan, karena Rasulullah saw. bersabda ketika melihat keledai dicap,

"Allah melaknat orang yang mencap keledai ini di wajahnya." (Diriwayatkan Muslim)

7. Mengetahui hak Allah Ta‘ala dengan mengeluarkan zakat hewan tersebut, jika hewan tersebut termasuk hewan yang harus dizakati.

8. Sibuk dengannya tidak membuatnya lupa taat kepada Allah Ta‘ala dan lalai tidak dzikir kepada-Nya, karena dalil-dalil berikut:

Allah Ta‘ala berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dan mengingat Allah." (Al-Munafiqun: 9).

Rasulullah saw. bersabda tentang kuda,

"Kuda terbagi ke dalam tiga jenis, seseorang mendapatkan pahala (karenanya), seseorang mendapat pakaian (karenanya), dan seseorang mendapat dosa (karenanya). Adapun orang yang mendapatkan pahala karena kuda ialah orang yang mengikatnya di jalan Allah dan memperpanjang talinya di tanah lapang, atau padang rumput. Maka apa saja yang terjadi pada kuda tersebut di tanah lapang, atau padang rumput, maka orang tersebut mendapatkan kebaikan kebaikan. Jika orang tersebut memutus talinya, kemudian kuda tersebut berjalan cepat satu langkah, atau dua langkah, maka jejak-jejaknya, dan kotoran-kotorannya adalah kebaikan-kebaikan baginya, serta kuda tersebut bagi orang tersebut adalah pahala. Orang satunya mengikatnya karena ingin memperkaya diri namun ia tidak lupa hak Allah di leher, dan tulang punggung kudanya, maka kuda tersebut adalah pakaian untuknya. Sedang orang satunya mengikatnya untuk sombong, riya', dan permusuhan, maka kuda tersebut adalah dosa baginya." (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Inilah sebagian etika yang diterapkan orang Muslim terhadap hewan karena mentaati Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya, dan karena mengamalkan perintah Syariat Islam yang notabene merupakan Syariat rahmat, dan kebaikan universal bagi seluruh makhluk, manusia atau hewan.

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 172-175.
»»  read more

Etika Duduk

Seluruh kehidupan orang Mukmin itu tunduk kepada manhaj Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan, bahkan hingga duduknya orang Muslim dan cara ia duduk bersama saudara-saudaranya. Oleh karena itu, orang Muslim menerapkan etika-etika berikut ini dalam duduknya:

1. Jika ia ingin duduk, maka pertama-tama ia mengucapkan salam kepada orang-orang yang telah duduk sebelumnya, kemudian ia duduk di kursi terakhir, ia tidak menyuruh seseorang berdiri dari kursinya untuk ia duduki, dan tidak menyuruh seseorang berdiri dari kursinya untuk ia duduki, dan tidak duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya, karena dalil-dalil berikut :

Sabda Rasulullah saw., "Salah seorang dari kalian tidak boleh menyuruh berdiri seseorang kemudian ia duduk di kursi saudaranya tersebut, namun hendaklah kalian memperlebar diri, dan memperluas diri." (Muttafaq Alaih).

Adalah Ibnu Umar ra, jika seseorang berdiri dari kursinya, ia tidak duduk di atas kursi tersebut.

Jabir bin Samrah ra berkata, "Jika kami datang kepada Rasulullah saw., maka salah seorang dari kami duduk di tempat terakhir."

Sabda Rasulullah saw., "Seseorang tidak halal memisahkan antara dua orang kecuali dengan izin keduanya." (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi yang meng-hasan-kannya).

2. Jika seseorang berdiri dari kursinya, kemudian ia ingin kembali padanya, maka ia lebih berhak duduk di kursi tersebut, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Jika salah seorang dari kalian berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia kembali lagi kepadanya, maka ia lebih berhak atas tempat duduk tersebut." (Diriwayatkan Muslim).

3. Tidak duduk di tengah-tengah forum pertemuan, karena Hudzaifah ra berkata, bahwa Rasulullah saw. melaknat orang yang duduk di tengah pertemuan. (Dirwayatkan Abu Daud dengan sanad yang baik).

4. Jika ia duduk, ia memperhatikan etika-etika berikut: Duduk dengan tenang, tidak menjalin jari-jemarinya, tidak bermain-main dengan jenggot atau cincinnya, tidak mencungkili sisa-sisa makanan di gigi-giginya, tidak rnemasukkan tangan ke hidungnya, tidak banyak meludah, tidak banyak berdahak, tidak banyak bersin, dan tidak banyak menguap. Ia duduk dengan tenang sedikit gerak, dan bicaranya teratur. Jika ia berbicara maka ia berbicara dengan benar, tidak banyak bicara, menghindari canda, menjauhi perdebatan, dan tidak membicarakan kehebatan keluarga atau anak-anaknya, atau produktifitasnya, atau hasil karyanya, syair atau buku. Jika orang lain berbicara, ia mendengarnya dengan serius tanpa melupakan kehebatan pembicaraan orang yang didengarnya, tidak memutus pembicaraan, dan tidak meminta pembicara mengulangi pembicaraannya, karena hal tersebut menyinggung perasaan si pembicara.

Orang menerapkan etika-etika di atas karena dua alasan:

a. Karena ia tidak ingin menyakiti saudaranya dengan akhlak atau perbuatannya, karena seorang Muslim haram melakukan hal tersebut. Rasulullah saw. bersabda, "Orang Muslim ialah orang di mana kaum Muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya."

b. Karena ingin mendapatkan cinta saudara-saudaranya. Sebab Allah Ta‘ala menyuruh kaum Muslim saling mencintai.

5. Jika orang Muslim ingin duduk di jalan, maka ia memperhatikan etika-etika berikut:

a. Ia menahan pandangannya dengan tidak membuka matanya untuk melihat wanita Mukminah yang sedang berjalan, atau berdiri di pintu rumahnya, atau berada di teras rumahnya, atau membuka jendela rumahnya untuk salah satu keperluan. Ia juga tidak membiarkan matanya iri kepada orang lain, atau menghinanya.

b. Menahan diri dari mengganggu para pengguna jalan dengan tidak menyakiti seorang pun dan pengguna jalan dengan lisannya, atau dengan tangannya dengan menampar, atau merampas harta orang lain, tidak menghalangi perjalanan pengguna jalan, dan tidak memutus jalan mereka.

c. Menjawab salam setiap pengguna jalan yang mengucapkan salam kepadanya. Sebab, menjawab salam hukumnya wajib, karena Allah Ta'ala berfirrnan,

"Dan jika kalian diberi ucapan salam, maka balaslah salam tersebut dengan salam yang lebih baik, atau balaslah dengan salam yang sama." (An-Nisaa': 86).

d. Memenintahkan orang lain kepada kebaikan jika kebaikan tersebut tidak diamalkan di depan matanya, atau ditelantarkan sepengetahuannya, sebab ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang hal tersebut, karena amar ma'ruf adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang Muslim, dan tidak gugur daripadanya kecuali dengan mengerjakannya. Misalnya, adzan untuk shalat, jika kebaikan tersebut tidak dikerjakan, maka ia harus memerintahkannya. Contoh lain, jika ada pejalan kaki berjalan dalam keadaan lapar, atau telanjang, maka ia harus memberinya makan, dan pakaian, jika ia sanggup mengatasinya.

Jika ia tidak mempunyai makanan, dan pakaian, ia harus menyuruh orang lain memberi makan, dan pakaian kepada orang yang kelaparan, dan orang telanjang tersebut. Karena, memberi makan orang yang kelaparan dan memberi pakaian orang yang telanjang adalah kebaikan yang harus diperintahkan jika tidak diamalkan.

e. Melarang semua kemungkaran yang dikerjakan di depannya. Sebab, mengubah kemungkaran itu sama persis dengan menyuruh kepada kebaikan dan merupakan tugas setiap orang Muslim, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya."

Contohnya, seseorang memukul orang lain, atau merampas hartanya, maka dalam kondisi seperti itu ia harus mengubah kemungkaran tersebut dengan melawan kezhaliman, dan permusuhan tersebut sesuai dengan batas kemampuannya.

f. Memberi petunjuk jalan kepada orang tersesat. Jika seseorang menanyakan rumah seseorang kepadanya, atau menanyakan jalan kepadanya, atau menanyakan seseorang maka ia wajib menjelaskan rumah orang yang bersangkutan, jalan yang ditanya orang tersebut, dan orang yang ditanyakan orang tersebut ini semua termasuk etika duduk di jalan seperti di depan rumah, di depan toko, di depan warung, halaman umum, dan lain sebagainya, karena Rasulullah saw. bersabda,

"Janganlah kalian duduk di jalan-jalan." Para sahabat bertanya, "Kami tidak mempunyai tempat alternatif, dan jalan-jalan adalah tempat duduk kami dan kami ngobrol di dalamnya. Rasulullah saw. bersabda, "Jika kalian tetap ingin duduk di jalan-jalan, maka beri jalan-jalan tersebut akan haknya." Para sahabat bertanya, "Apa hak jalan?" Rasulullah saw. bersabda, "Menahan padangan, menahan diri dari mengganggu, menjawab salam, amar ma'ruf nahi munkar, dalam riwayat lain, dan memberi petunjuk jalan kepada orang yang tersesat." (Muttafaq Alaih)

Di antara etika duduk yang lain ialah beristighfar kepada Allah ta'ala ketika berdiri dari kursi untuk menghapus kesalahan yang bisa jadi ia kerjakan di tempat tersebut. Jika Rasulullah saw. berdiri dari tempat duduknya, beliau berkata,

"Mahasuci Engkau wahai Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku meminta ampunan kepada-Mu, dan bertaubat kepada-Mu." (Diriwayatkan At Tirmidzi).

Rasulullah saw. ditanya tentang doa tersebut, kemudian beliau menjelaskan bahwa doa tersebut menghapus kesalahan yang terjadi di pertemuan tersebut.

Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 181-185.

»»  read more
 

Satu

Satu

Dua

dua

Tiga

tiga

Enam

enam

Lima

lima

Empat

empat